1. Debu
Partikel adalah pencemar udara yang
dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel
dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang
berbentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya
dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi berbagai
macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit
atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara.
Sumber pencemaran partikel dapat
berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari aktivitas manusia.
Pencemaran partikel yang berasal dari alam, adalah sebagai berikut :
a . Debu tanah/pasir halus yang
terbang terbawa oleh angin kencang.
b . Abu dan bahan-bahan vulkanik yang
terlempar ke duara akibat letusan gunung berapi.
c .Semburan uap air panas di sekitar
daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan.
Sedangkan sumber pencemaran partikel
akibat aktivitas manusia sebagian besar berasal dari pembakaran batubara,
proses industri, kebakaran hutan dan gas buangan alat transportasi.
Debu adalah
zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari
proses pemecahan suatu bahan. Debu berukuran 0,1 – 25 mikron. Debu termasuk
kedalam golongan partikulat atau zat padat/cair yang halus, dan yang
tersuspensi diudara.
Partikel
menyebar di atmosfer akibat dari berbagai proses alami, seperti letusan vulkano,
hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktifitas manusia juga berperan dalam
penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikel debu dan asbes dari bahan
bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses
pembakarana tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikel
yang utama adalah pembakaran bahan bakar dari sumbernya. Diikuti oleh proses–
proses industri.
Partikel
debu dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu debu organik, debu mineral, dan debu
metal. Sumber debu bermacam-macam, tergantung jenis debunya. Partikel debu
dipengaruhi oleh daya tarik bumi sehingga cenderung untuk mengendap di
permukaan bumi. Partikel debu juga dapat membentuk “flok” sehingga ukurannya
menjadi lebih besar permukaannya cenderung untuk basah. Sifat-sifat ini membuat
ukurannya menjadi lebih besar sehingga memudahkan proses pengendapannya di
permukaan bumi dengan bantuan gaya tarik bumi. Partikel debu dengan diameter 1
milimikron mempunyai kemampuan untuk menghamburkan sinar matahari.
Besarnya
ukuran partikel debu yang dapat masuk ke dalam saluran pernafasan manusia
adalah yang berukuran 0,1 µm sampai 10µm dan berada di udara sebagai suspended
particulate matter. Partikel debu dengan ukuran lebih > 10 µm akan lebih
cepat mengendap ke permukaan sehingga kesempatan terjadinya pemajanan pada
manusia menjadi lebih kecil dan kalaupun terjadi akan tertahan oleh saluran
pernafasan bagian atas. Debu yang dapat dihirup disebut debu inhalable dengan
diameter ≤ 10 µm dan berbahaya bagi saluran pernafasan karena mempunyai
kemampuan merusak paru-paru. Sebagian debu yang masuk ke saluran pernafasan
berukuran 5 µm akan sampai ke alveoli.
2. Penyakit yang Disebabkan Debu
Partikel
yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis
kegiatan industri dan teknologi yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel
pencemar udara serta sumber pencemarannya telah banyak Secara umum partikel
yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia.
Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia.
Pada umumnya
udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis. Pada saat orang
menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru.
Ukuran partikel debu yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak
penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang
dari 5 akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel
berukuran 3 sampai 5 akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah.
Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 , akan masuk ke dalam kantung
udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang
dari 1 , akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan
yang disebabkan oleh adanya partikel debu yang masuk atau mengendap di dalam
paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis
partikel debu yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Dari beberapa jenis
penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak
kegiatan industri dan teknologi, diantaranya adalah:
2.1
Silikosis
Silikosis (Silicosis) adalah suatu penyakit
saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang menyebabkan peradangan
dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru. Terdapat 3 jenis
silikosis:
1.
Silikosis
kronis simplek, terjadi
akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka panjang (lebih dari 20
tahun). Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat
silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening dada.
2.
Silikosis
akselerata, terjadi
setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama waktu yang lebih
pendek (4-8 tahun). Peradangan, pembentukan jaringan parut dan
gejala-gejalanya terjadi lebih cepat.
3.
Silikosis
akut, terjadi
akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu yang
lebih pendek. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga
timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.
Pada silikosis simplek dan akselerata bisa terjadi fibrosif
masif progresif.
Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal.
Fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur paru yang normal.
Silikosis terjadi pada orang-orang yang telah
menghirup debu silika selama beberapa tahun. Silika adalah unsur utama dari
pasir, sehingga pemaparan biasanya terjadi pada:
b) Pekerja pemotong batu dan granit.
c) pekerja pengecoran logam.
d) pembuat tembikar.
Biasanya gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30
tahun. Tetapi pada peledakan pasir, pembuatan terowogan dan pembuatan alat
pengampelas sabun, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi, gejala
dapat timbul dalam waktu kurang dari 10 tahun.
Bila terhirup, serbuk silika masuk ke paru-paru dan
sel pembersih (misalnya makrofag) akan mencernanya. Enzim yang
dihasilkan oleh sel pembersih menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada
paru-paru.
Pada awalnya, daerah parut ini hanya merupakan
bungkahan bulat yang tipis (silikosis noduler simplek). Akhirnya, mereka
bergabung menjadi massa yang besar (silikosis konglomerata).
Daerah parut ini tidak dapat mengalirkan oksigen ke dalam darah secara
normal. Paru-paru menjadi kurang lentur dan penderita mengalami gangguan
pernafasan.
Penderita silikosis noduler simpel tidak memiliki
masalah pernafasan, tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran
pernafasannya mengalami iritasi (bronkitis). Silikosis konglomerata bisa
menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas.
Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat. Keluhan pernafasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja. Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung yang bisa berakibat fatal. Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis, penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis.
Mula-mula sesak nafas hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul bahkan pada saat beristirahat. Keluhan pernafasan bisa memburuk dalam waktu 2-5 tahun setelah penderita berhenti bekerja. Kerusakan di paru-paru bisa mengenai jantung dan menyebabkan gagal jantung yang bisa berakibat fatal. Jika terpapar oleh organisme penyebab tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis, penderita silikosis mempunyai resiko 3 kali lebih besar untuk menderita tuberkulosis.
Gejala tambahan yang mungkin ditemukan, terutama pada
silikosis akut:
a) Demam
b) Batuk
c) Penurunan berat badan
d) Gangguan pernafasan yang berat.
Biasanya akan ditanyakan secara terperinci mengenai
jenis pekerjaan, hobi, dan aktivitas lainnya yang kemungkinan besar merupakan
sumber pemaparan silika.
Pemeriksaan yang dilakukan:
Pemeriksaan yang dilakukan:
1) Rontgen dada (terlihat gambaran pola
nodul dan jaringan parut)
2) Tes fungsi paru
3) Tes PPD (untuk TBC).
Tidak ada pengobatan khusus untuk silikosis.
Untuk mencegah semakin memburuknya penyakit, sangat penting untuk menghilangkan
sumber pemaparan.Terapi suportif terdiri dari obat penekan batuk, bronkodilator
dan oksigen. Jika terjadi infeksi, bisa diberikan antibiotik. Hal lain yang
perlu dipertimbangkan adalah:
1. Membatasi pemaparan terhadap silika.
2. Berhenti merokok.
3. Menjalani tes kulit untuk TBC secara
rutin.
Penderita silikosis memiliki resiko tinggi menderita tuberkulosis
(TBC), sehingga dianjurkan untuk menjalani tes kulit secara rutin setiap tahun.
Silika diduga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri penyebab
TBC. Jika hasilnya positif, diberikan obat anti TBC.
Pengawasan terhadap di lingkungan kerja dapat membantu
mencegah terjadinya silikosis. Jika debu tidak dapat dikontrol, (seperti halnya
dalam industri peledakan), maka pekerja harus memakai peralatan yang memberikan
udara bersih atau sungkup. Pekerja yang terpapar silika, harus menjalani foto
rontgen dada secara rutin. Untuk pekerja peledak pasir setiap 6 bulan dan untuk
pekerja lainnya setiap 2-5 tahun, sehingga penyakit ini dapat diketahui secara
dini. Jika foto rontgen menunjukkan silikosis, dianjurkan untuk menghindari
pemaparan terhadap silika.
2.2 Asbestosis
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan
yang terjadi akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru
terbentuk jaringan parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral
dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di
dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut.
Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-paru).
Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-paru).
Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya
jaringan parut (fibrosis) di dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang
membentuk fibrosis tidak dapat mengembang dan mengempis sebagaimana mestinya.
Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya pemaparan dan jumlah serat yang
terhirup.
Pemaparan asbes bisa ditemukan di industri
pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan industri lainnya. Pemaparan pada
keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di
dalam pakaian pekerja.
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes
diantaranya:
a) Plak pleura (kalsifikasi).
b) Mesotelioma maligna.
c) Efusi pleura.
Mesotelioma bisa timbul dalam waktu 20-40 tahun
setelah pemaparan. Merokok sigaret menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya
penyakit akibat asbes. Angka kejadiannya adalah sebesar 4 diantara 10.000
orang.
Gejala asbestosis muncul secara bertahap dan baru
muncul hanya setelah terbentuknya jaringan parut dalam jumlah banyak dan
paru-paru kehilangan elastisitasnya. Gejala pertama adalah sesak nafas ringan
dan berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerak badan. Sekitar 15% penderita,
akan mengalami sesak nafas yang berat dan mengalami kegagalan pernafasan.
Perokok berat dengan bronkitis kronis dan asbestosis, akan menderita
batuk-batuk dan bengek. Menghirup serat asbes kadang-kadang dapat menyebabkan
terkumpulnya cairan pada ruang antara kedua selaput yang melapisi paru-paru.
Meskipun jarang, asbes juga bisa menyebabkan tumor pada pleura yang disebut mesotelioma
atau pada selaput perut yang disebut mesotelioma peritoneal. Kanker
paru-paru akan terjadi pada penderita asbestosis yang juga merokok, terutama
mereka yang merokok lebih dari 1 (satu) bungkus sehari.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a) Batuk.b) Rasa sesak di dada.
c) Nyeri dada.
d) Kelainan kuku atau clubbing of
fingers (bentuk jari-jari tangan yang menyerupai tabuh genderang).
Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop,
akan terdengar suara ronki
Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan berikut:
Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan berikut:
b) Tes fungsi paru-paru.
c) CT scan paru.
Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul
adalah membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural
drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat semprot untuk
mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui sungkup muka
(masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang hidung.
Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal,
kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan tumor tidak menyembuhkan
kanker.
Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat
dan debu asbes di lingkungan kerja. Karena industri yang menggunakan asbes
sudah melakukan kontrol debu, sekarang ini lebih sedikit yang menderita
asbestosis, tetapi mesotelioma masih terjadi pada orang yang pernah terpapar 40
tahun lalu.
Untuk mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru,
kepada para pekerja yang berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti
merokok.
DAFTAR PUSTAKA
WHO. 1995.
“Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja”. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Anonim.______.
“ 5 Penyakit Akibat Debu”. www.smallcrab.com.
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2011.
Anonim.______.
“ Asbestosis”. www.medicastore.com.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2011.
Anonim.______.
“Silikosis”. www.mediacastore.com.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2011.
Prabu.
2008. “Praktikulat”. www.putraprabu.wordpreaa.com.
Diakses pada tanggal 29 Oktober 2011.
Pudjiatuti,
Wiwiek, SKM. 2002. “Debu sebagai Bahan Pencemar yang Membahayakan Kesehatan
Kerja”. www.mail-archive.com.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar